Menembus Dapur Media


Ada beberapa cara untuk mengukur progres belajar menulis. 

Pertama, memberanikan diri mengikuti sayembara menulis yang kompetitornya adalah para penulis papan atas nasional. Event sekelas Sayembara Dewan Kesenian Jakarta, Ubud Writers & Readers Festival, juga lomba menulis yang diadakan instansi pemerintah dan organisasi masyarakat kerap diikuti penulis-penulis profesional. Di sanalah, karya kita akan menemukan ujian yang sebenarnya.

Kedua, mengirimkan karya ke media massa, baik cetak atau online. Ada anggapan bahwa seorang penulis baru layak diakui eksistenisnya jika sudah bisa menembus dapur media. Tak salah memang anggapan itu, sebab di sana akan bersaing dengan naskah dari penulis-penulis senior berkaliber nasional yang namanya sudah berkibar-kibar di ranah sastra nasional, bahkan internasional.
Selain untuk menguji kompetensi, menulis di media juga diyakini menjadi salah satu cara mendulang rupiah dari karya tulis. Iya, tidak sedikit media yang memberikan honor bagi penulis yang naskahnya dimuat di sana.

Tetapi, yang menjadi kendala bagi kebanyakan penulis pemula—maaf, penulis kelas media sosial—adalah betapa tebalnya tembok dapur redaksi media untuk ditembus. Alih-alih bisa tersiar, terkadang bagaimana cara mengirim naskah saja masih banyak yang kurang memahami.

Lalu, bagaimana langkah-langkah mengirim naskah ke redaksi media berikut kiatnya?

1. Memilih Media
Tidak semua media bisa menerima naskah dengan gaya tulisan sesuka kita. Mereka memiliki selera tulisan yang berbeda-beda. Kompas, Tempo, Republika, Jawa Pos, dan Solopos adalah media yang lebih menyukai cerpen dengan tema humanis dan sosial budaya. Jangan harap tulisan bergaya teenlit, K-Pop dan sejenisnya akan dilirik oleh redaktur media tersebut. Bukan menganggap tulisan bergenre itu kelas dua, tetapi ada ruang sendiri bagi karya-karya seperti itu. Platform menulis digital misalnya.
Sementara media-media lokal seperti Kedaulatan Rakyat, Radar, dan sejenisnya lebih menyukai cerpen dengan tema ringan. Peristiwa sehari-hari yang kerap terjadi di lingkungan keluarga dan sekitar rumah.

Maka kita harus jeli memilih media. Sesuaikan tulisan kita dengan selera mereka.

2. Mengirim Naskah yang Baik
Naskah yang baik adalah naskah yang sudah melalui proses pengendapan. Editing. Sehingga ia sangat minim salah ketik dan memilih kata. Redaktur sebuah media akan membuang kiriman naskah jika dalam beberapa paragraf saja sudah menemukan banyak kesalahan fatal.

Jangan sekali-kali mengirim naskah yang baru selesai. Self editing memiliki peranan yang sangat vital. Selesai menulis, biarkan dulu beberapa hari. Lalu baca kembali, edit pada salah ketik—tipografi dan beberapa bagian yang dirasa janggal. Biarkan lagi beberapa hari, kemudian baca dan edit lagi. Begitu seterusnya sampai merasa sudah tidak menemukan lagi kesalahan dan kejanggalan. Itu kuncinya.

Naskah yang baik, contohnya cerpen, adalah yang memiliki judul tidak biasa, paragraf pembuka memikat, koflik bertingkat, memuat amanah, serta memiliki ending yang berkesan. Poin-poin ini diakui atau tidak, menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah cerpen. Maka, sebelum mengirimkan naskah, belajar menulis cerpen yang baik mutlak harus dilakukan. Bergabung di kelas menulis dan komunitas semacam ini adalah tempat yang tepat.

3. Mengenal Syarat Tulisan
Seperti halnya selera pada gaya tulisan, setiap media juga memiliki persyaratan yang berbeda-beda terhadap kiriman naskah. Ketentuan panjang naskah dan format tulisan.

Pada umumnya, media-media besar seperti Kompas, Tempo, Republika, Jawa Pos, dan Solopos menentukan jenis font TNR 12 dengan spasi 1,5 dan panjang naskah antara 1.000 – 2.000 kata. Ada juga yang menentukan panjang naskah berdasarkan karakter (characters with spaces). Detik.com misalnya, mematok panjang naskah maksimal 9.000 karakter.
Sementara itu, media lokal semacam Kedaulatan Rakyat, Radar, dan sejenisnya menentukan panjang naskah rata-rata tidak melebihi 1.000 kata.

Ketentuan-ketentuan seperti di atas ditetapkan oleh redaksi mengacu pada ruang dan kolom yang tersedia di media mereka untuk menerbitkan karya kiriman penulis. Jadi, wajib diperhatikan sebelum mengirim naskah ke dapur redaksi media.

4. Memberi Tenggat Waktu
Masa tunggu antara mengirim dengan waktu penerbitan terkadang menyita kesabaran. Ada yang relatif pendek, ada pula yang cukup lama. Kedaulatan Rakyat dan Radar biasanya akan memuat kiriman naskah setelah satu sampai dua minggu diterima redaksi.

Sementara Jawa Pos dan Solopos memiliki masa tunggu lebih lama. Mereka rata-rata akan memuat kiriman naskah maksimal satu bulan sejak dikirim. Sedangkan Kompas, Tempo, dan Republika cukup lama. Bisa tiga sampai empat bulan.

Nah, setelah mengirim naskah ke media, berilah masa tenggat. Bersabar. Jika sampai waktu di atas belum ada titik terang, naskah bisa ditarik, kemudian dikirim ulang ke media lain.

Jangan buru-buru menarik naskah yang masih dalam waktu tenggat. Apalagi mengirim ke media lain tanpa melakukan penarikan naskah dari media sebelumnya. Jika ketahuan dan dimuat ganda, biasanya nama penulis akan masuk dalam black-list para redaktur media.

5. Konsisten
Komala Sutha, penulis senior yang sudah langganan menembus media selama beberapa tahun terakhir ini, mengaku bahwa dari sembilan naskah yang beliau kirim ke media, hanya satu yang berhasil menembusnya.

Artinya, jangan berharap naskah kiriman kita akan bisa menembus kokohnya dinding dapur media jika hanya mengirim satu naskah saja.
Menulis, menulis, dan menulis lagi. Edit, edit, dan edit lagi. Lalu kirim, kirim, dan kirim lagi. Konsisten adalah kiat yang tak boleh dikesampingkan juga.

6. Berdoa
Sebagai umat beragama, sombong jika tidak melangitkan doa dan puja mantra kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan Yang Maha Esa sebelum memulai ikhtiar kita. Begitu pula ketika hendak mengirim naskah ke redaksi media. Doa menjadi kiat terakhir dan paling besar peranannya.

***

Panduan Mengirim Naskah ke Media

1.Pengantar E-Mail
Berikan kata pengantar di badan e-mail. Tulislah kata sapaan yang indah beserta harapan kepada redaktur. Pengantar naskah bisa menjadi kesan pertama ketika redaktur membaca e-mail penulis. Selanjutnya terserah mereka.

Contoh pengantar e-mail:
Kepada
Redaktur Solopos
Di Tempat

Salam,
Teriring doa semoga jajaran Redaksi Solopos selalu dalam perlindungan Tuhan, saya haturkan terima kasih atas tersampainya karya saya di meja redaksi. Adapun kedatangan e-mail ini, berkenaan dengan cerpen yang saya kirim berjudul “Hikayat Gunung Pegat”. Besar harapan saya untuk bisa bekerjasama kendati layak muat tidaknya sepenuhnya berada di tangan redaktur. 
 
Atas segala pertimbangan dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Mohon maaf atas khilaf kata dan sikap yang kurang berkenan.
Hormat saya,
Heru Sang Amurwabumi

2. Subyek dan Attachment E-Mail
Subyek e-mail diisi dengan Nama Rubrik_Judul Naskah. Misalnya: Cerpen Hikayat Gunung Pegat, Cerpen Tembang Kinanthi yang Tak Pernah Usai, dan sebagainya.
Lampiran atau attachment digunakan untuk melampirkan file naskah dalam bentuk MS Word. Jangan menuliskan isi naskah ke badan email.

3. Biodata Penulis dan Narahubung.
Di akhir naskah, masih dalam satu halaman dengan naskah, cantumkan biodata penulis dalam bentuk narasi dengan sudut pandang orang ketiga. Boleh menggunakan nama pena atau samaran.
Masih dalam file yang sama, tetapi pada halaman terpisah, wajib menuliskan Narahubung Penulis. Biodata asli penulis lengkap dengan alamat, nomor KTP, NPWP (tidak wajib, kecuali ke media yang memberlakukan pemotongan pajak atas honor dan hadiah), serta nomor rekening yang sesuai dengan nama penulis.

Contoh:
Narahubung Penulis
Nama Lengkap : Heru *********
Nama pena : Heru Sang Amurwabumi
E-mail  : herudewalangit@gmail.com
Alamat : RT 11 RW 04 Dusun Tunggul Desa Klagen Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk - 64453
Telp : 082331361***
WA : 085331955***
No Rekening : BCA 8221088***
No KTP : 351816141*******
No NPWP : 70105211*******
***

Demikian rahasia menembus kokohnya dinding dapur media massa. Tidak ada kata yang mustahil jika kita mau mencoba, mencoba, dan terus mencobanya lagi.
Sebagai kelanjutan proses belajar, di bawah artikel ini akan dishare tugas untuk praktek terhadap materi ini. Tidak wajib. Boleh ikut, boleh tidak.
Salam.

Heru Sang Amurwabumi,
Menulis cerpen dan puisi. Pendiri Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk dan Sekolah Menulis Nganjuk. Ketua Komunitas Menulis One Day One Post. Tulisan-tulisannya telah tersiar di media massa dan pernah memenangi berbagai sayembara menulis tingkat nasional. Tahun 2019 ia terpilih sebagai emerging writer di Ubud Writers & Readers Festival.

***
Radar Jombang
Cerpen maks. 850 kata, A4, 1,5 Spasi, TNR 12.
Email: radar_jombang@yahoo.com
Radar Malang
Cerpen antara 7000-8500 karakter
E-mail: sastra.radarmalang@gmail.com
Radar Mojokerto
Cerpen, A4, TNR 12, 1,5 spasi, sekitar 9.000 karakter+spasi.
E-mail: opini_darmo@yahoo.com
Radar Madiun
Cerpen maks. 800 kata, A4, 1,5 Spasi, TNR 12.
Email: radarmadiun.litera@gmail.com

Sumber Tulisan dari sini

Comments

Popular posts from this blog

KONSEP LIVABLE CITY BIKIN AWET MUDA DAN ANTI AGING PALING AMPUH

BELAJAR DARI KAMPUNG LALI GADGET, “PERMAINAN TRADISIONAL KEMBALI JADI IDOLA ANAK”

TYROL