BELAJAR DARI KAMPUNG LALI GADGET, “PERMAINAN TRADISIONAL KEMBALI JADI IDOLA ANAK”

Gambar diambil dari google. Jepretan Fikki Ramadhan.

Muda, energik, cerdas, kreatif. Itulah gambaran untuk Achmad Irfandi pemuda asal Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu Sidoarjo yang sangat luar biasa menginspirasi. Di tengah gempuran era digital dan teknologi yang sekarang lagi tren di kalangan remaja dan anak, terpikirkan ide untuk mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget. Keren bukan? 

Padahal kecil kemungkinan menjauhkan anak dari permainan digital di era saat ini. Apalagi upgrade pembaruan game dengan fitur dan permainan yang menarik, menantang semakin intens. Tentu tidak mudah membuat seorang anak lupa dengan gadgetnya. Jangankan anak, orang tua saja sudah asyik dengan dunia digital. Mereka tenggelam dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi saat ini. Alhasil, nuansa hangat kebersamaan bersama keluarga mulai tergantikan. Kesempatan mengobrol teralihkan dengan kesenangan masing-masing. Bahkan serumah tak sejiwa sudah bukan hal asing dalam keluarga.

Seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak yang terbiasa bermain game mulai kecanduan. Mereka biasa menghabiskan waktu menatap layar gadget. Serunya permainan, bisa berkomunikasi antar gamer di seluruh dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi anak. Cukup di rumah dengan gadgetnya mereka bisa berpetualang secara virtual menikmati game online dibandingkan harus keluar rumah, panas-panasan bermain Petak Umpet, Bentengan, Nekeran, Lompat Tali, Ular Naga, Gobak Sodor dan aneka permainan tradisional lainnya.

Namun, itu semua tidak menyurutkan langkah Irfandi justru dari kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil, Yayasan Kampung Lali Gadget yang didirikannya memperoleh beberapa kali penghargaan termasuk Daftar penerima SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2021 Astra.


SULIT BUKAN TIDAK BISA

Gambar diambil dari google. Jepretan Fikki Ramadhan.

Berawal dari keinginan untuk melestarikan ragam permainan tradisional anak supaya tidak punah, Irfandi mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget (KLG) di depan rumahnya pada Agustus 2018. Keresahan Irfandi melihat anak-anak kecil menghabiskan waktu di warung kopi untuk sekedar berburu wifi membuat hatinya terketuk dan memikirkan konsep sederhana bersama dengan teman-teman komunitasnya lalu melakukan digital detoks yaitu mendetoksifikasi pengaruh internet, sosial media dan game online. 

Menurut Irfandi, anak-anak yang kecanduan game rata-rata mereka yang tidak punya pengetahuan soal permainan, kurangnya pilihan permainan, tidak ada yang mengajak bermain. Sehingga pelampiasannya bermain game tanpa kenal waktu.

Irfandi juga menyayangkan anak-anak usia dini yang mempunyai golden age harus terlewat begitu saja. Padahal di masa ini otak bertumbuh secara maksimal begitu pula pertumbuhan fisik, pertumbuhan kepribadian, pembentukan pola perilaku, sikap dan ekspresi emosi. Melihat realita ini membuat Irfandi semakin bersemangat mewujudkan mimpinya.

Awal perjuangannya mendirikan Yayasan Kampung Lali Gadget dilaluinya dengan penuh liku dan tantangan. Irfandi aktif mengirim surat ke sekolah-sekolah terdekat agar mau mengirimkan perwakilan muridnya untuk datang ke yayasannya yang kala itu masih bangunan semi terbuka yang dikelilingi sawah dan kebun. Identik dengan perkampungan yang cukup jauh dengan jalan raya utama.

Dia juga harus kreatif mencari biaya untuk operasional yayasannya karena sejak awal tujuan mendirikan Yayasan untuk mewadahi dan memfasilitasi aktivitas pendidikan bermain secara gratis bagi anak anak. Belum lagi kendala pola pikir masyarakat yang masih menomorsatukan gadget ditambah dengan kurangnya tenaga bantu atau relawan yang bergabung di Kampung Lali Gadget menjadi tantangan tersendiri bagi Irfandi. 

Semangat yang terus menyala diiringi dengan usaha yang maksimal dan pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil. Kampung Lali Gadget (KLG) mulai dikenal masyarakat luas. Tak hanya lingkup kabupaten tapi juga sampai tingkat nasional. Sejumlah artis kerap datang ke tempat ini. Termasuk Luna Maya yang rela jauh-jauh datang ke KLG melihat langsung aktivitas anak-anak bermain. lainnya. 

Gambar diambil dari Radar Jatim


Gambar diambil dari Kumparan News

Jenis kegiatannya sangat beragam, mulai dari pelatihan, kajian dan diskusi, dan berbagai permainan tradisional, seperti dakon, gasing, egrang, klompen tali, wayang damen. Ada juga pojok baca, seru-seruan bermain di sawah, menanam padi, hingga bermain di lumpur, main di sawah, main di kebun. Termasuk belajar membuat ikat kepala tradisional (Udeng Pacul gowang) khas Sidoarjo. 


Gambar diambil dari google


Gambar diambil dari Solo Pos


Gambar diambil dari kumparan.com


Perjuangan Irfandi dan teman-temannya berhasil membuktikan bahwa anak-anak zaman now pun senang dengan permainan tradisional. Banyak anak-anak yang datang kesana untuk bermain, bahkan menghabiskan akhir pekan. Sejumlah pemandu siap membimbing mereka. Berbagai program permainan semakin tertata. Program dan even yang digelar di sana pun banyak diminati lembaga-lembaga pendidikan dan berbagai lembaga lain dari berbagai wilayah. 

Sumber Gambar: Google

Apa yang dilakukan Irfandi bisa menjadi inspirasi buat kita semua untuk bisa melakukan kontribusi positif yang berkelanjutan dalam menghadapi tantangan di sekitar kita baik di lingkup kesehatan, pendidikan, lingkungan, teknologi dan kewirausahaan. Masyarakat, satu komunitas kampung, generasi muda bisa bersinergi melalui program Kampung Berseri Astra untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, terampil, cerdas hingga bisa meningkatkan kualitas hidup di wilayah masing-masing, Semoga semangat menebar inspirasi dan bergerak mulai hari ini menjadi awal masa depan cerah bagi Indonesia. 



Comments

Popular posts from this blog

KONSEP LIVABLE CITY BIKIN AWET MUDA DAN ANTI AGING PALING AMPUH

TYROL