Aksara Lontara
Menuliskan cerita ini. Mengingatkanku akan memori semasa di sekolah. Ada satu pelajaran yang paling aku sukai sejak SD hingga SMP yaitu bahasa jawa. Karena begitu cintanya, sampai membeli kamus bahasa jawa dan memesannya langsung kepada Bu Yayuk, semoga gak salah sebut. Karena sudah lama gak bertemu beliau.
Kalau dulu yang keren itu punya kamus bahasa inggris. Aku malah asyik dengan kamus bahasa jawaku.
Sore tadi pas asyik gogling. Gak sengaja dapat info baru. Ternyata gak hanya orang Jawa yang punya aksara Hanacaraka. Orang Bugis pun juga punya aksara lontara.
Makin tertarik dan cari info dari berbagai sumber, aksara lontara ini dibuat pertama kali oleh Daeng Pammate pada abad 14 silam. Seorang putra Gowa kelahiran Lakiung yang hidup pada masa pemerintahan Karaeng Tumapa’risi Kallonna.
Dinamakan Lontara Toa atau Lontara Jangang-Jangang, karena bentuknya yang menyerupai burung (jangang-jangang). Karena pengaruh budaya Islam yang masuk mulai abad ke 19 di kalangan istana. Maka aksara tersebut mengalami perbaikan dan penyempurnaan menjadi Lontara Bilang-Bilang.
Huruf yang dipakai dalam aksara lontara berasal dari huruf Pallawa (Dewanagari), salah satu turunan huruf Brahmi Kuno yang berasal dari India. Hampir sama dengan aksara Jawa yang dibawa orang-orang India yang datang ke Jawa.
Di dalam lontara mengandung filosofis Sulapa’ Eppa Walasuji (empat sisi) menyimbolkan unsur pembentukan manusia, yaitu api, air, angin dan tanah. Juga bermakna arah empat pokok mata angin. Untuk menentukan arah agar tidak tersesat.
Sedangkan walasuji sejenis pagar yang terbuat dari anyaman bambu untuk pembatas pada pada acara hajatan Bugis-Makassar. Wala artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri.
Aksara Lontara ini mempunyai 23 huruf untuk Lontara’ Bugis dan 19 huruf Lontara Bugis dikenal huruf ngka’, mpa’ , nca’, dan nra’ sedangkan pada Lontara Makassar huruf tersebut tidak ada.
Biasa digunakan para leluhur Bugis untuk memberi nasihat kepada anak cucu yang hendak merantau. Sebuah pesan tentang kekayaan dan kesuksesan. Kaya dalam berkomunikasi, pemikiran, kaya dalam dunia usaha dan kaya dalam keuangan.
Begitu indahnya keragaman tradisi budaya di Indonesia penuh dengan filosofi hidup dan kebaikan. Bikin makin cinta negeri ini❤️
Comments
Post a Comment
Silahkan berikan saran dan kritik terhadap tulisan ini