Warisan


Pahatan kenangan itu kembali mengingatkanku tentang seorang gadis bernama Fey. Tak hanya cantik parasnya. Dia juga jago dalam akademis. Diam-diam aku mengagumi gadis pendiam itu. Setiap hari sabtu, tak pernah terlewatkan ikut pergi ke kampus. Kakakku adalah teman baik Fey. Mereka satu angkatan tetapi berbeda jurusan. Fey di jurusan kimia, sedangkan kakakku sastra Inggris.

Hal yang paling kusuka saat menemani kakak ke kampus adalah berjumpa dengan Fey. Rasanya tak pernah bosan memandang wajahnya. Dia selalu tersenyum ramah. Jika kakakku kerap mengeluh dengan banyaknya tugas perkuliahan. Fey, justru sebaliknya. Dia sangat menikmati. Pernah aku mendampinginya mengerjakan tugas di kampus. Soal-soal kimia yang bagi teman-temannya sulit dengan cepat dia selesaikan hanya dalam hitungan menit. Sementara yang lainnya harus mencari referensi dulu. Kekagumanku makin bertambah.

Saat kuberitahu dia aku ingin bisa seperti dirinya. Gadis cantik itu hanya tersenyum, lalu mengambil boneka kecil dari dalam tasnya. Boneka itu yang selalu kulihat di manapun dia berada. Semakin dekat, aku merasa ada yang aneh dengan dirinya. Fey sering menghilang entah ke mana. Dia juga sering berbicara sendirian.

"Jadi apa rahasianya bisa secerdas dirimu, kak?"

"Kau mau tahu?" Aku mengangguk. Dia mendekatiku dan membisikkan lirih, "Aku punya warisan."

Aku makin tak mengerti dengan kata-kata Fey. Apa hubungannya warisan dengan kecerdasan. Kutanyakan kepadanya, hingga Fey menjelaskan dengan detail. Barulah aku mengerti. Selama ini di dalam tubuhnya, bersarang makhluk lain. Kata Fey, warisan turunan dari nenek moyangnya. Ditugaskan untuk menjaga dan membantu semua yang dibutuhkan Fey. Termasuk menyelesaikan tugas kuliah dan mengerjakan soal ujian.

Dia lalu mengenalkanku dengan temannya yang bernama Aminah. Meskipun aku tak bisa melihatnya, Aminah kerap memberi tanda dengan menggoyangkan daun di sekitarku. Fey juga memberitahuku kapan dirinya menjadi Fey dan kapan menjadi Aminah.

Lama kami tak saling bertemu, dia datang ke rumah mengantarkan undangan pernikahan. Saat hadir di pernikahannya, aku tahu bukan Fey yang berdiri di atas pelaminan. Dia Aminah, tapi aku tak mau mencampuri urusannya. Biar saja, kelak suaminya akan tahu sendiri. Siapa Fey, perempuan yang bersanding dengannya.

Comments

Popular posts from this blog

KONSEP LIVABLE CITY BIKIN AWET MUDA DAN ANTI AGING PALING AMPUH

BELAJAR DARI KAMPUNG LALI GADGET, “PERMAINAN TRADISIONAL KEMBALI JADI IDOLA ANAK”

TYROL