PENJAGA HATI
"Sampai kapan kamu menjadi penjaga hati? Tak ada kejelasan dalam hubungan, hanya mengisi kekosongan hati milik orang lain. Bagiku itu buruk, waktumu terbuang sia-sia. Hanya untuk menjadi pendengar setia dari lelaki itu. Sudahlah, sudahi semuanya. Berfikirlah yang jernih, jangan
libatkan hatimu."
Aku
tak tahu apa yang salah dari wanita. Ia memiliki kepekaan hati. Apa karena itu,
lelaki mudah mempermainkan hati yang mudah rapuh?
Hampir tiap hari aku mendengarkan curhat dari seorang teman. Hingga membuat dadaku sesak. Jika di bulan April ini terkenal dengan momen peringatan hari kartini. Kemudian viral lagu “Aisyah” yang banyak dicover oleh kalangan artis dan masyarakat. Rasanya temanku ini layak mendapatkan penghardaan award si “Penjaga Hati.”
Hampir tiap hari aku mendengarkan curhat dari seorang teman. Hingga membuat dadaku sesak. Jika di bulan April ini terkenal dengan momen peringatan hari kartini. Kemudian viral lagu “Aisyah” yang banyak dicover oleh kalangan artis dan masyarakat. Rasanya temanku ini layak mendapatkan penghardaan award si “Penjaga Hati.”
Ya
gimana gak mendapatkan award, hati milik orang lain dijagain. Auto parah kan. Semua
bermula dari hubungan pernikahan yang kurang harmonis. Si suami, sibuk dengan
urusan pekerjaan, tak ada waktu untuk bersama. Wanita butuh untuk berbagi
cerita, ia punya 20.000 kata untuk dihabiskan dalam sehari. Dan semuanya
tersalurkan melalui dunia maya.
Banyaknya
komunitas online, alumni sekolah. Peluang bertemu dengan kaum adam pasti besar.
Bermula dari hal sederhana saling menyapa, menanyakan kabar, hingga
mengingatkan sudah makan atau belum? Kemudian menjurus ke hal-hal yang lebih
privasi. Timbul rasa sayang, kangen. Gimana gak nyaman, intensitas komunikasinya
lebih banyak dibandingan ke pasangan halalnya.
Pinter
ya setan itu memainkan hati. Selalu ada celah buat hati yang kesepian. Membuat dua insan yang sama-sama memiliki pasangan
terjebak dalam “Jatuh Cinta Online”. Usia boleh tak muda, tapi semangat
lope-lope gak mau kalah sama yang muda. Waduhh, parah ih. Kalau menurutku ini
lebih horror dibandingkan film tentang makhluk gaib. Bener gak sih?
“Tapi,
dia itu beda sama Mas Hamzah. Lebih mengerti tentang diriku, perhatian dan romantis.”
Selalu itu yang jadi andalan Nita. Yaelah, gimana gak perhatian, kenal aja baru
beberapa bulan. Coba kamu tinggal bertahun-tahun dengan dirinya. Ya pasti akan
sama seperti Mas Imron, suamimu. Kamu akan tahu kepribadian aslinya, karena
tiap hari bertemu. Gak mungkin romantis terus, pasti ada percikan-percikan
pertengkaran. Ya namanya manusia, pasti muncul rasa bosan. Bisa jadi dia tak
sebaik suamimu. Yang gawat itu, ujung-ujungnya membandingkan suami dengan
lelaki itu.
Perihal
romantis, ini nih yang gak aku suka. Wanita selalu luluh dengan kata-kata romantis.
Kalau dengan suami sih gak masalah. “Eh, ni sama laki orang Nita. Udah gak
bener itu.” Berkali-kali kuingatkan tetap saja belum sadar, virus merah jambu
udah menyebar ke seluruh tubuhnya. Semuanya tampak indah, dunia semakin
berwarna. Mangkanya banyak perselingkuhan di dunia maya, kalau toh ada masalah
sama suami. Ya di komunikasikan baik-baik. Mungkin di pernikahan yang sudah
berjalan lama ini, butuh yang namanya romantisme lagi. Mengupgrade hubungan
dengan pasangan halal. Aplikasi aja butuh di upgrade, apalagi manusia.
Mencari
pelampiasan ke dunia maya bukan solusi tepat, bagaimana pun suami sudah mencari
nafkah, melakukan yang terbaik buat keluarga. Harus kita hargai. Usahakan tetap
komunikasi intens via wa, atau call saat jam istirahat. Dan untuk mengisi
kekosongan waktu, daripada mikir yang aneh-aneh gabung di grup kepenulisan. Banyak
perlombaan menulis yang bisa diikuti. Habiskan 20.000 kata itu dengan
menghasilkan karya. Atau bisa juga berjualan online. Nah, jadi produktif kan. Gadget
kita gak hanya berujung sia-sia. Bisa menambah pemasukan. Daripada jagain hati
milik orang lain. Lebih baik jaga hati milik sendiri aja. Udah berpahala,
dijamin transferan lancar dan dapat bonus juga. Hahahah
Manusia
gak ada yang sempurna, setiap dari kita pasti ada kelemahan. Jadikan sebuah
pernikahan menjadi ladang pahala. Selama suami gak menyuruh kepada hal
keburukan, tidak melakukan aksi kekerasan dalam rumah tangga. Kepada tidak
saling melengkapi satu sama lain. Yuk, semaikan lagi rasa cinta itu kepada
pasangan halal kita.
Comments
Post a Comment
Silahkan berikan saran dan kritik terhadap tulisan ini