RUMAHKU RAHASIAKU

Kisah ini terjadi di tahun 2008, saat aku mengenal Mbak Yani. Perempuan berkacamata dengan dua lesung pipit. Kita bertemu satu minggu sekali di acara kajian muslimah. Aku selalu memboncengnya ketika pulang dari acara dan menurunkannya di tempat perhentian angkot.

Ia tak punya motor, kemana-mana selalu berjalan. Jika ada uang, barulah ia naik angkot. kami berdua sangat cocok, ia yang pendiam dan aku yang super rame. Aku
suka membuatnya tertawa dengan ceritaku. Wajahnya makin ayu jika tersenyum.

Ia sering main ke rumahku. Mengenal keluargaku. Hingga suatu ketika, ku utarakan keinginanku berkunjung ke rumahnya. Wajahnya menegang, selalu saja ada alasan agar aku tak jadi kerumahnya. Sepertinya, ada yang ia sembunyikan dari rumahnya. 

"Kenapa Mbak Yani? Aku bisa menerima semua kondisimu. Sudah lama kita berteman, apa kau tak percaya denganku?" Ia masih saja terus berkelit tentang rumahnya. Ia takut aku menjauh, jika tahu kondisi yang sebenarnya. Hingga akhirnya, ia tuliskan alamat rumahnya di selembar kertas.

Minggu pagi itu ku niatkan silahturahmi. Hingga sampai di depan gang sempit. Aku masuk dengan menuntun sepeda. Kulihat  banyak wanita cantik duduk-duduk di teras rumah. "Mari Mbak" sapaku. Mereka menatapku aneh. Ah, aku tak peduli. 

Aku terus melangkah, hingga kakiku berhenti di rumah bercat hijau. Di sana kulihat Mbak Yani sedang menyuguhkan kopi untuk dua pria yang ada di ruang tamu.

Ia kaget melihatku, aku langsung diseretnya masuk ke kamarnya. "Udah kubilang jangan ke sini, berbahaya. Kau tahu kan sekarang, inilah tempat tinggalku. Aku dibesarkan disini. Matanya berkaca-kaca. Cepatlah pulang, tempat ini bukan untuk orang baik sepertimu."

Setelah kejadian itu, aku tak bisa tidur. Selalu memikirkan Mbak Yani. 

Hingga dua belas tahun berlalu, tak ada lagi rumah pendosa. Semuanya sudah ditutup. Dan Mbak Yani, aku kehilangan kontak dengannya😢




Comments

Popular posts from this blog

KONSEP LIVABLE CITY BIKIN AWET MUDA DAN ANTI AGING PALING AMPUH

BELAJAR DARI KAMPUNG LALI GADGET, “PERMAINAN TRADISIONAL KEMBALI JADI IDOLA ANAK”

TYROL