NARASI RUMAH TANGGA
Baru di tahun ke lima, aku memahami mu. Berbeda denganmu yang sedari awal mengerti diriku. Sejak itu, aku tak lagi mengandalkan perasaan atau ego. Semua terasa ringan menjalani biduk rumah tangga.
Kau selalu menyediakan waktumu untukku. Memberiku kesempatan menghabiskan jatah kataku yang 20.000 itu. Kau duduk mendengarkan ku sembari makan, sesekali melihatku.
Walaupun esoknya ketika kutanyakan perihal ceritaku tadi malam, kau selalu lupa dan harus diingatkan dulu. Bagiku tak masalah. Aku tak marah. Karena mau mendengar ceritaku saja sudah cukup. Teori Otak perempuan berbeda dengan otak laki-laki ternyata benar adanya😂
Karena itulah aku jadi tak tertarik menuliskan keluhanku di sosmed, karena aku sudah punya teman curhat yaitu dirimu.
kita dua insan yang saling memahami. Menyempurnakan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa yang menjadi pikiranku kau tahu, begitu juga sebaliknya diriku. Kita tuliskan grand design rumah tangga kita. Kau nahkodanya dan aku navigatormu.
Ah, jadi teringat kejadian sebelum menikah, kuceritakan semua kekuranganku, kau hanya tersenyum kala itu. Dan berkata, "aku menerimanya. Semuanya? Iya" jawabmu. Aku tersipu malu mendengarnya.
Comments
Post a Comment
Silahkan berikan saran dan kritik terhadap tulisan ini